Soalan + Jawapan

LATIHAN 2 (CERPEN MUNSYI)

Baca petikan cerpen di bawah dengan teliti, kemudian jawab soalan-soalan yang berikutnya dengan menggunakan ayat anda  sendiri.

Setiap kali saya meluahkan hasrat untuk bermastautin di ibu kota, bonda memberikan pelbagai alasan agar saya terus menetap di kampung halaman tercinta ini.  Kata bonda, ilmu agama saya masih terlalu cetek dan nipis.  Bimbang , saya akan hanyut dibawa arus hedonisme dan modenisme yang sedang melanda anak-anak muda kota.  Malahan, kata bonda lagi, bahasa ibunda saya juga masih lemah.  Bahasa yang membesarkan saya dengan segala adat resam dan nilai budaya warisan turun-temurun .  Bahasa yang diwarisi nenek moyang sejak zaman-berzaman.

Bonda tahu, secubit ilmu yang mengisi dada saya yang kerdil ini tidak akan mampu mengekang ledakan perubahan social yang boleh meragut jati diri saya sebagai generasi bermaruah.  Saya akui kebenaran kata-kata bonda tentang malapetaka yang sedang menghinggapi sekian ramai anak-anak sebangsa saya.  Kebanyakannya tergadai maruah dan harga diri dek mengejar dunia yang bergelar globalisasi dalam menuju arus perdana.

“Mel, agama dan bahasa itu cermin maruah kita yang ditinggalkan nenek moyang!  Jasad yang dibaluti  agama serta lidah yang dilebati bahasa ibunda merupakan warisan kita yang masih ada.  Andai kedua-dua sudah hilang di atas muka bumi ini, kita bukan lagi generasi bermaruah, tetapi bangsa yang dilaknati Allah”.

Pesan bonda itu kekal melebat dalam hati sanubari saya.  Pesan mulus yang terpahat lama di pangkal hati.  Oleh itu, saya tangguhkan berkali-kali hasrat itu.  Hasrat untuk menjengah wajah kota yang pesat dengan kemajuan dan peradaban.  Saya batalkan keinginan meruap-ruap dalam diri saya untuk mencari pengalaman baharu sebagai warga kota.

(Dipetik daripada cerpen “Munsyi” dalam antologi

Jaket Kulit Kijang dari Istanbul, DBP)

(i)     Nyatakan alasan-alasan yang telah diberikan oleh bonda setiap kali penulis meluahkan hasratnya untuk bermastautin di ibu kota.                      [2 markah]

___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

(ii)  Pada pendapat anda, bagaimanakah cara membentuk jati diri yang kukuh?                                                 [3 markah]

______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

(iii)          Huraikan satu nilai kemanusiaan yang terdapat dalam petikan cerpen di atas dan satu nilai kemanusiaan yang tidak terdapat dalam petikan.                                                                [4 markah]

____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

JAWAPAN LATIHAN 2 (CERPEN MUNSYI)

(i)                    Nyatakan alasan-alasan yang telah diberikan oleh bonda setiap kali penulis meluahkan hasratnya untuk bermastautin di ibu kota.                                                                                                                   [2 markah]

–        Ilmu agama penulis masih cetek dan nipis

–        Bahasa ibunda penulis masih lemah

(ii)                    Pada pendapat anda, bagaimanakah cara membentuk jati diri yang kukuh?

[3 markah]

–        Para remaja perlulah mengetahui dan menyayangi budaya masing-masing

–        Mempraktikkan amalan dan warisan turun-temurun

–        Menghindarkan diri daripada terpengaruh oleh budaya luar

(iii)                    Huraikan satu nilai kemanusiaan yang terdapat dalam petikan cerpen di atas dan satu nilai kemanusiaan yang tidak terdapat dalam petikan.                                                                                                            [4 markah]

–        Dalam petikan cerpen – ketaatan (penulis taat akan nasihat bonda supaya menangguhkan hasrat ke kota

–        Daripada keseluruhan cerpen – tanggungjawab (bonda bertanggungjawab menjaga khazanah dan buku-buku lama yang tidak ternilai harganya.

/////////////////////////////////////////////////////////////////

Setting

Novel Sing to the Dawn : Setting

  • Physical setting

It is set in a village in Thailand. There is a river flowing through the village and it has a rickety old bridge. That is the favourite haunt of both Dawan and Kwai who sit there and watch the sunrise. Dawan comes from a poor family. The family has few luxuries.

  • Social setting

– The family is a strong unit and there is love and a show of kindness among the members. The children respect the father and generally obey his wishes. It is essentially a male-dominated society as it is the right of boys to get an education. Girls appear to be thought of as inferior and not as equals to men.

– The people are trapped in a society where the landowners take all the earnings of the workers and leave them poor and miserable.

  • Time setting

It is set in modern times but speaks of a village where the mindset goes back several decades. Women are not considered equal to men.

Moral Values

Novel Sing to the Dawn : Moral Values

  • Compassion and kindness

– It is compassion that makes Dawan feel uncomfortable about accepting the scholarship as her brother is very keen to study too. If she were totally selfish, she would just accept it and go off. But she can’t. This is a brother she cares about. It is compassion that makes Dawan leave her umbrella for her brother when it rains. She worries for his wellbeing.

– Kwai too feels torn about blocking Dawan’s chance to improve herself. When Bao tells him off for being selfish, he realises his mistake and rectifies it. His better self takes over and he wants her to grab this chance she has.

– Bao is full of compassion and kindness. She tries to cheer Dawan by giving her the lotus bud and allowing her to free the bird. She takes a beating from Vichai for it. She also tells off Kwai so that he will allow Dawan to accept the scholarship. She has a natural sense of justice and fairness.

  • Responsibility

– With power and position comes responsibility. Dawan knows that she has to do a lot more for her family and society once she has finished her studies. Kwai too says he will improve the plight of the villagers when he can. They both see that there is much that needs to be done for their society and are willing to bring changes for the people. There is clarity of vision between them and that is commendable.

– The grandmother is a very responsible woman. She is quick to act and is willing to go the extra mile for her granddaughter. When she decides to take Dawan to meet Noi, the cousin, her daughter has no choice but to follow and take Dawan instead.

– The parents are responsible people, wanting the children to be educated. But according to the mindset of the people, the father thinks only males should be educated. But he too relents when he lets his daughter go off to the big city on her scholarship. It is the act of a responsible father.

  • Courage

–  It takes courage to break out of an age-old custom and start anew. Dawan wants a chance to study in the city but the general custom is for girls to get married and stay at home, minding the children. She faces many obstacles and it is most frustrating for her when her father and brother stand in her way. She is brave and determined as she does her best to get support from others to make her way in the world. She is not afraid of Vichai and stands up for Bao in the marketplace. She also tells off her brother even though she is very close to him. Because of her persistence and strength she is able to get the chance to study in the city. 

– Kwai is also courageous in his way. He is willing to fight Vichai when he hits Bao. He is also willing to accept the fact that he should not stand in Dawan’s way. That takes courage too – to accept the fact that he is wrong and should change his mind about her future.

Point of View

Novel Sing to the Dawn : Point of View

It is in the third person point of view, essentially that of Dawan, a young girl with big dreams. We see and understand her eagerness in wanting to further her studies and the pain of knowing that she may not get that chance.

Latar Masa, Latar Tempat, Latar Masyarakat

Drama Mahkamah : Latar Masa, Latar Tempat, Latar Masyarakat

Latar

Latar Tempat
(a) Mahkamah. (c) Stor JKK Ulu Dungun.
(b) Taman Gagak Putih.
.

Latar Masa

(a) Waktu pagi. (d) 1 minit.
(b) 10 Januari 1988. (e) 2 minit.
(c) 20 Mac 1988.

.

Latar Masyarakat

(a)   Masyarakat intelektual.

(b)   Masyarakat yang hidup miskin.

(c)   Masyarakat yang baik hati.

(d)   Masyarakat yang prihatin terhadap haiwan.

Tema dan Persoalan

Drama Mahkamah : Tema dan Persoalan

Tema

Keadilan dan kebenaran ketika membuat sesuatu keputusan.

.

Persoalan

(a)   Kemiskinan menghalang seseorang itu mengambil peguam untuk membela dirinya.

(b)   Keadilan mesti ditegakkan dalam apa-apa cara sekalipun.

(c)   Kehidupan golongan yang terlibat dengan kerja-kerja untuk menegakkan keadilan dan kebenaran sama seperti kehidupan orang biasa.

(d)   Isu bahasa Melayu di mahkamah.

(e)   Denda akan dikenakan terhadap pihak yang bersalah.

Unsur Gaya Bahasa

Prosa Tradisional Pelanduk Mengajar Memerang : Unsur Gaya Bahasa

(a)   Bahasa Arab. Contohnya, Allah Subhanahuwataala; kudrat-Nya; fasal.

(b)   Bahasa istana. Contohnya, patikbersemayam; singgahsanabaginda; bertitah; tuanku; beta.

(c)   Bahasa klasik. Contohnya, Sebermula; Hattaayapanpacal.

(d)   Sinkope. Contohnya, Sang Biawak membawa pedang tercabut saja berlari-lari.

(e)   Repetisi. Contohnya, Kepada fikiran patik tentulah Duli yang Maha Mulia kedatangan musuh yang besar, patik pun bersiaplah akan perisai patik.

Watak dan Perwatakan

Prosa Tradisional Pelanduk Mengajar Memerang : Watak dan Perwatakan

Pelanduk atau Syah Alam di Rimba

(a)   Dilantik oleh Nabi Allah Sulaiman untuk menjadi menteri.

(b)   Merupakan menteri yang paling termasyhur kebijaksanaannya.

(c)   Pandai bersilat.

(d)   Prihatin akan masalah yang dialami oleh rakyatnya.

(e)   Taat kepada pemerintah, iaitu Nabi Allah Sulaiman.

(f)    Jujur ketika berhadapan dengan Nabi Allah Sulaiman.

.

Sang Memerang

(a)   Mempunyai tujuh orang anak.

(b)   Menjadikan ikan sebagai makanan.

(c)   Tamak terutamanya dalam hal makanan.

(d)   Ibu dan bapa yang bertanggungjawab terhadap anak-anak.

(e)   Mementingkan diri sendiri.

(f)    Taat akan perintah Nabi Allah Sulaiman.

(g)   Sedar akan penganiayaan yang telah dilakukan terhadap anak-anak Sang Sebarau.

.

Nabi Allah Sulaiman

(a)   Seorang pemerintah yang rakyatnya terdiri daripada manusia, jin, dan haiwan.

(b)   Melantik lima menteri dalam urusan pemerintahan baginda.

(c)   Bijak menyelesaikan segala masalah yang dihadapi oleh semua rakyatnya.

(d)   Tidak terburu-buru dalam membuat sesuatu keputusan.

(e)   Pemerintah yang adil.

(f)    Tegas dalam membuat keputusan.

Pengajaran (Cerpen Tingkatan 4)

Cerpen Jaket Kulit Kijang dari Istanbul : Pengajaran (Cerpen Tingkatan 4)

Pengajaran

Kita hendaklah menambahkan pengetahuan dan pengalaman dengan melancong ke luar negara sekiranya berkemampuan.

Kita mestilah bijak merancang perbelanjaan.

Kita perlulah berwaspada terhadap muslihat para peniaga yang cuba menjerat pelanggan.

Kita perlulah berusaha untuk menyelamatkan hidupan liar yang yang semakin mengalami kepupusan.

Kita hendaklah memiliki perasaan simpati terhadap golongan miskin.

Kita perlulah bersikap pemurah dan baik hati terhadap orang lain.

Kita hendaklah bersikap hormat-menghormati terhadap orang lain tanpa mengira bangsa, agama, dan negara.

Kita perlulah rasional ketika berbelanja dan tidak membeli barangan yang tidak diperlukan.

Nilai (Cerpen Tingkatan 4)

Cerpen Jaket Kulit Kijang dari Istanbul : Nilai (Cerpen Tingkatan 4)

Nilai

Suka menimba ilmu. Contohnya, penulis memiliki minat membaca terutama hasil karya penulis tersohor.

Berhemat. Contohnya, penulis membuat perancangan lebih awal bagi mengawal perbelanjaannya.

Kemanusiaan. Contohnya, penulis berasa sedih apabila pihak polis menggunakan kekerasan terhadap budak lelaki yang menjual barangan di pasaran gelap.

Sayang akan hidupan liar. Contohnya, penulis sedih kerana haiwan seperti kijang dibunuh untuk diambil kulitnya bagi membuat jaket.

Baik hati. Contohnya, penulis telah merancang untuk membeli cenderamata untuk dihadiahkan kepada keluarga dan sahabat handainya di tanah air.

Kesabaran. Contohnya, penulis masih dapat bersabar terhadap tindakan lelaki Turki yang menghamburkan kata-kata kesat dan memaksanya membeli jaket.

Kesopanan. Contohnya, walaupun menerima layanan buruk daripada pekedai, penulis tetap menunjukkan sikap sopannya.

Penghargaan. Contohnya, penulis amat menghargai hasil tinggalan penulis Mevlana Celaleddin Ar-Rumi dan Nasreddin Hodja.